Untuk apa kita harus merasakan resah yang mendalam tentang kehilangan? Toh pada dasarnya, setiap diri kita tau bahwasannya kehilangan itu hal yang wajar setelah adanya pertemuan Apa dasar, kita bisa merasakan keresahan akan sebuah kehilangan, jika kita tau hakikatnya semua yang kita miliki hanyalah titipan sementara dari sang pencipta? Apa salah, jika kita merasakan keresahan atas kehilangan yang terjadi dalam hidup kita? Apa kererahan itu tanda kurang bersyukurnya kita, atas pemberian dan titipan sang pencipta? Lalu, apa yang harus dilakukan untuk menghilangkan rasa resah terhadap sebuah kehilangan? Bukankah kita harus berlajar merelakan dengan kata “kehilangan” yang mungkin akan tiba tiba terjadi dalam hidup kita? Bukannkan setiap dari kita pasti akan merasakan kehilangan, kehilangan apapun hingga kehilangan dari hal kecil yang tidak pernah dipikirkannya Bukankan kita pun akan tiba pada waktu dimana kita akan kehilangan sesuatu, kehingan yang tidak akan bida didap
[sepenggal kisah pengalaman yang memberikan banyak pelajaran hidup dan pembangkin semangaat] Tepatnya pada tanggal 12 Februari tahun ini. Kegiatan rutin program studi Hubungan Internasional Unida Gontor, Studi Akademik dengan lokasi tujuan Jakarta. Dengan bermodalkan semangat kami memulai hari setelah menempuh perjalanan panjang Ngawi – Jakarta. Tujuan awal kita adalah kegiatan kelas diplomat atau dikenal dengan istilah SESDILU. Inti dari kegiatannya itu, kita dapet kesempatan untuk bisa belajar bareng diplomat muda, yang udah menempuh karir diberbagai penjuru dunia. Kesyukuran yang mendalam dan kata terimakasih mungkin enggk cukup kami haturkan kepada bapak Aji Surya (salah satu alumni Gontor) yang telah memberikan kesempatan kami untuk belajar lebih, yang mungkin dan enggk mungkin mahasiswa lain bisa merasakan pengalaman yag berharga ini. Hal ini disebabkan kita istimewa. Haha [susah dijelasin sih pokoknya, intinya gitu] Kita bener - bener seakan – akan jadi diplom